Tuesday 21 October 2014

10 Jenis Tanaman yang Cocok Ditanam di Halaman Rumah

  • Tidak semua jenis tumbuhan cocok untuk ditanam di sekitar halaman rumah kita Sebelum melakukan penanaman kita wajib mempertimbangkan fungsi dan estetika terlebih dahulu supaya nantinya tidak hanya sedap dipandang tapi juga dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Berikut beberapa jenis tumbuhan yang dapat kita pertimbangkan untuk ditanam di sekitar halaman rumah, di antaranya adalah:
  • 1). Pohon mangga

    Jika Anda tidak memiliki halaman yang luas, maka menanam pohon mangga bisa menjadi solusinya. Hampir di banyak perumahan yang baru dibangun saat ini, para pengembang rata-rata menanam pohon mangga sebagai cara mengurangi panasnya sinar matahari. Pohon mangga termasuk jenis tanaman yang sangat mudah dibudidayakan dan perawatannya pun tidak sulit, cepat besar dan cepat berbuah. Oleh karena itu, jika Anda berniat menanam pohon mangga di halaman Anda – Anda bisa memulainya mulai saat ini, ada berbagai jenis varian mangga silakan memilih yang paling Anda sukai.
  • 2). Pohon palem

    Tanaman yang menyerupai pohon kelapa ini tapi memiliki buah yang kecil sangat cocok bila ditanam di sekitar halaman rumah. Ada banyak jenis pohon palem, di antaranya adalah: Enau atau aren (Arenga pinata), Gebang (Corypha utan), Kelapa (Cocos nucifer), Sawit (Elaeis guineensis), Nibung (Oncosperma tigillarium), Nipah (Nypa fruticans), dan Rotan (Calamus rottan). Silakan pilih mana yang Anda sukai dan pastikan untuk terlebih dahulu menyesuaikan dengan kontur tanah serta lingkungan sekitarnya.
  • 3). Beluntas atau luntas

    Beluntas merupakan tumbuhan semak yang memiliki banyak cabang, memiliki usuk halus dan berbulu lembut. Umumnya beluntas ditanam sebagai pagar hidup di pekarangan atau halaman rumah, bila tidak dipangkas beluntas dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari 3 meter. Khasiat lain dari beluntas yaitu sebagai minuman kesehatan dan penyegar pada beberapa jenis olahan makanan.
  • 4). Bunga melati

    Bunga melati merupakan jenis tanaman perdu dan memiliki batang tegak, banyak orang suka menanamnya karena terpikat dengan bau harum bunganya yang sering keluar pada malam hari. Di Indonesia, kebanyakan melati yang ditanam di halaman rumah adalah jenis melati putih (Jasminum sambac), salah satu jenis melati yang dijadikan sebagai "Puspa Bangsa" atau simbol nasional.
  • 5). Pohon pepaya

    Setiap orang pasti sudah mengenal pohon yang satu ini, pohon yang sangat terkenal karena buahnya yang manis dan segar. Pohon pepaya (Carica papaya), merupakan tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan. Fungsi pepaya selain dari buah dan daunnya yang bisa dimakan adalah sebagai kanopi alami, dan karena daunnya yang lebar pepaya dapat dimanfaatkan untuk melindungi halaman rumah Anda dari teriknya sinar matahari.
  • 6). Pohon pinus

    Pohon pinus sering kita jumpai ketika bepergian ke daerah dataran tinggi, keindahan serta keunikan batang serta daunnya menjadikan pinus memiliki daya tarik tersendiri sehingga saat ini tidak jarang orang yang telah menanamnya untuk dijadikan hiasan di halaman rumah agar menimbulkan kesan sedang berada di pegunungan. Pinus memiliki beberapa jenis, namun yang umum ditanam di Indonesia adalah jenis pinus merkusii.
  • 7). Pohon beringin

    Pohon beringin memiliki daun kecil tapi berjumlah banyak sehingga membuatnya nampak rimbun. Jika Anda memiliki halaman yang cukup luas Anda dapat menanam pohon beringin untuk dijadikan pohon peneduh. Pohon beringin mudah ditanam, tahan terhadap penyakit sehingga tidak banyak membutuhkan perawatan ekstra dan berumur panjang.
  • 8). Kembang sepatu

    Kembang sepatu termasuk dalam tanaman semak yang berasal dari Asia Timur. Kecantikan bunga sepatu yang memiliki bunga besar, berwarna merah dan tidak berbau inilah yang menjadikannya disukai oleh banyak orang untuk ditanam di halaman rumah mereka. Menurut situs Wikipedia, kembang sepatu banyak dijadikan tanaman hias karena bunganya yang cantik. Bunga digunakan untuk menyemir sepatu di India dan sebagai bunga persembahan. Di Tiongkok, bunga yang berwarna merah digunakan sebagai bahan pewarna makanan. Di Indonesia, daun dan bunga digunakan dalam berbagai pengobatan tradisional. Kembang sepatu yang dikeringkan juga dapat diminum sebagai teh. Di Okinawa, Jepang kembang sepatu digunakan sebagai tanaman pagar. Di bagian selatan Okinawa, tanaman ini disebut Gushōnu hana (bunga kehidupan sesudah mati) sehingga banyak ditanam di makam.
  • 9). Bambu

    Di Indonesia sendiri terdapat kurang lebih 160 jenis bambu, dan 88 diantarnya adalah jenis bambu endemik. Keunikan bambu dan manfaat yang dihasilkan membuatnya disukai untuk ditanam di halaman atau pekarangan rumah. Jika Anda tertarik untuk menanam bambu khususnya bila akan ditanam di halaman rumah yang tidak terlalu luas pilihlan jenis bambu hias.
  • 10). Pohon kamboja

    Jika Anda berkunjung ke Pulau Dewata Bali, maka mata Anda akan dimanjakan dengan banyaknya pohon kamboja berbagai macam jenis yang tumbuh hampir di setiap sudut kota. Warna-warni bunga pohon kamboja sangat cocok untuk ditanam di depan halaman rumah untuk semakin menambah keindahan rumah Anda.
    Penulis: Agung Candra Setiawan

Akibat Sok Pamer

  • Dana Snay dari Miami, AS, menulis di Facebook "Mama dan Papa Snay menang kasus melawan Gulliver (sekolah tempat ayahnya bekerja), kini Gulliver membayar liburanku ke Eropa musim panas ini. RASAIN." Tulisan ini didampingi fotonya yang sedang berjoget dan menjulurkan lidah seperti Miley Cyrus. Ayah si Dana ini mendapat ganti rugi 80 ribu dolar karena sekolah Gulliver tidak memperpanjang kontrak, si ayah menuduh sekolah itu diskriminasi umur. Tuntutannya diluluskan hakim dengan perjanjian dia tidak boleh memberitahukan hal ini kepada siapa pun. Celakanya banyak murid dari sekolah itu yang melihat tulisan Dana dan berita itu akhirnya sampai ke telinga pengacara sekolah yang tentu saja naik banding untuk membatalkan pembayaran dengan alasan ayah si Dana melanggar janji. Begitulah gara-gara pamer di Facebook keluarga ini kehilangan 80 ribu dolar dan Dana boleh ke Eropa dalam mimpi saja.
  • Kasus di atas banyak terjadi di Facebook

    Akibat sok pamer seseorang kehilangan sesuatu yang berharga. Seperti seorang guru di AS yang memuat foto liburannya selagi minum bir di Irlandia, dia dianggap tidak bisa menjadi panutan dan banyak orang tua protes, akhirnya si guru dipecat. Hal-hal seperti ini sudah sering terjadi namun orang tidak belajar dari pengalaman orang lain. Betapa seringnya ditekankan jangan memuat foto atau tulisan di media sosial yang diragukan keamanannya. Walaupun setting akun Anda hanya untuk teman, bukan untuk umum, seperti akun si Dana di atas, tetap saja ada kemungkinan foto atau tulisan Anda menjalar seperti api yang menjilat rumput kering di padang, tersebar ke semua penjuru dunia. Pikirkan seribu kali sebelum menulis atau memasang foto di media sosial.
  • Selain merugikan diri Anda sendiri

    Tingkah sok pamer merugikan orang lain juga tanpa Anda sadari. Atau mungkin itulah tujuan Anda, membuat orang lain merasa dirinya tidak seberuntung Anda. Mungkin Anda akan berkilah, "Bukankah orang harus merasa ikut bahagia bila teman/kerabatnya berbahagia?" Dan Anda akan meneruskan "Setidak-tidaknya saya tidak memuat berita yang menimbulkan depresi seperti korban bencana alam, anak yang sakit keras, dst." Memang betul yang salah adalah dunia kita, di mana era globalisasi memungkinkan Anda mencanangkan berita baik mau pun buruk. Anda boleh saja berpendapat sebaiknya orang-orang yang hidupnya kurang beruntung tidak mempunyai akun di media sosial karena hanya akan menyakitkan hatinya melihat orang lain pesiar melanglang buana atau memberi hadiah anaknya mobil mewah dan menjadi stres karena melihat orang-orang yang dilanda bencana atau sakit keras namun tidak mampu membantu.
  • Tidak ada salahnya sesekali memuat berita

    Menyenangkan yang harus diumumkan ke seluruh penjuru dunia. Dan tidak ada salahnya sesekali memohon doa bagi mereka yang dilanda bencana atau sedang sakit. Kuncinya ada pada kata "sesekali." Ada pepatah dalam bahasa Inggris yang terjemahan bebasnya "Terlalu banyak hal yang baik tidak ada gunanya." Maksudnya bahkan hal-hal yang baik kalau terlalu sering terjadi akan terasa biasa saja. Dalam hal akun Anda di media sosial, terlalu banyak memamerkan hal yang baik (bagi Anda sendiri) akan membuat Anda dicap sok pamer.
  • Hidup ini tidak hanya berputar pada akun media sosial Anda

    Masih banyak lagi hal produktif yang bisa Anda lakukan, seperti benar-benar memikirkan orang lain dengan berusaha membantu mereka yang ditimpa kemalangan. Salah satu contohnya Casey Nestat yang dengan kreatifitas dan kerja kerasnya berhasil membantu korban angin topan di Filipina melalui dana pembuatan iklan film The Secret Life of Walter Mitty. Mungkin Anda tidak mempunyai sarana untuk berbuat sebesar itu, mungkin Anda hanya mempunyai kemampuan untuk membantu seorang teman atau kerabat yang sedang susah, cobalah lakukan itu. Ada banyak yang dapat dikerjakan selain memasang berita tentang Anda sendiri di akun media sosial Anda.
    Penulis: Irma Shalimar
    Sumber: http://keluarga.com/akibat-sok-pamer

Saturday 18 October 2014

Manfaat dan Khasiat Cabai

  • Makanan Indonesia terkenal banyak memakai cabai, baik masakan Padang maupun masakan Jawa. Warnanya yang merah merangsang, bau sedap sambal terasi menggugah selera makan kita, membuat air liur menetes. Walau ada juga orang yang tidak suka makanan pedas namun lebih banyak orang yang gemar makan cabai. Selain membuat keringat bercucuran, makanan pedas mempunyai lebih banyak manfaat dan khasiat.
    Melangsingkan badan. Kita tahu bahwa mengeluarkan keringat ketika berolahraga dapat membuat badan lebih bugar, begitu juga kalau kita mandi sauna. Selain kedua kegiatan itu, makan makanan pedas dapat menyebabkan keringat kita (selain ingus) terperas. Hal ini meningkatkan metabolisme, membakar 8% lebih banyak kalori. Karena itu bila Anda menggemari masakan Padang, lembur kuring atau lesehan makanlah sambal banyak-banyak jika perut Anda tahan. Selain membakar kalori, karena kepedasan Anda juga mengurangi jumlah makanan yang masuk ke perut Anda, jadi mengurangi kalori juga. Kalau kita perhatikan orang Asia yang rata-rata menggemari makanan pedas jarang yang berlebihan beratnya, ini karena pengaruh cabai dan rempah-rempah lain yang ada pada makanan mereka

    Menghindari penyakit jantung. Capsaicin yang terkandung dalam cabai menurunkan kolesterol jahat. Menurut American Chemical Sosiety capsaicin mencegah kolesterol jahat, meningkatkan aliran darah dengan menghambat zat-zat yang menyebabkan penyempitan arteri jantung.
    Mencegah kanker. American Chemical Society juga mengatakan bahwa capsaicin berfungsi menangkal kanker. Selain cabai, rempah-rempah pedas seperti merica, jahe, kunir, bawang putih terbukti dapat mematikan pertumbuhan sel-sel kanker prostat.

  • Menurunkan darah tinggi. Kandungan capsaicin dalam cabai meningkatkan nitric oxide yang menurunkan darah tinggi dan menyembuhkan peradangan. Dari semua cabai, rawit terbukti paling cepat menurunkan tekanan darah. Ketika saya hamil anak pertama, di bulan-bulan pertama tekanan darah saya menurun sehingga dokter menganjurkan saya untuk minum susu murni. Tetapi di akhir bulan kelima kaki saya mulai bengkak yang menandakan tekanan darah saya tinggi. Berhubung saya sedang hamil dokter tidak mau memberi obat untuk menurunkan tekanan darah. Beliau hanya menganjurkan agar saya menghindari garam, tidak makan yang asin-asin. Kebetulan saya penggemar cabai, tanpa menyadari khasiatnya saya banyak makan cabai rawit. Makan tahu goreng harus ada cabai rawit yang mendampingi, makan bakmi goreng begitu juga. Tekanan darah saya menurun tetapi ketika bayi saya lahir, kelopak matanya merah jambu. Kata suster saya makan terlalu banyak makanan pedas. Ternyata sampai sekarang anak saya itu tidak dapat hidup tanpa cabai/sambal.


    • Mencegah heartburn. Orang kita mungkin tidak pernah mengenal heartburn. Penyakit ini ditimbulkan oleh banyaknya asam perut yang naik ke kerongkongan, rasa sakitnya mirip penyakit jantung karena itu disebut heartburn. Belum diketahui apakah ada hubungan antara kebiasaan makan makanan pedas dengan tidak adanya heartburn. Boleh jadi kebiasaan orang Barat untuk makan yang asam-asam di pagi hari seperti buah dan jus jeruk mengakibatkan terbukanya katup kerongkongan bagian bawah sehingga cairan asam perut naik ke kerongkongan. Sebaliknya orang Indonesia lebih suka makan nasi goreng pedas sehingga darah tinggi turun, kolesterol jahat hilang, sel-sel kanker mati, bahkan sakit kepala pun lenyap.
      Masih banyak lagi khasiat cabai seperti mengurangi rasa nyeri di kaki (neuropathy) pada penderita diabetes, menyembuhkan sakit kepala, menghilangkan radang sinus. Karena itu jika Anda bukan penggemar makanan pedas, cobalah mulai dari sekarang membiasakannya. Sedikit cabai dalam makanan Anda menjauhkan Anda dari begitu banyak penyakit. Kalau orang Barat mempunyai slogan "Satu apel sehari menjauhkan dokter dari Anda." Kita perlu membuat slogan sendiri yang bunyinya "Satu cabai sehari menjauhkan semua dokter dari kita." (Sumber Fox News, 16 Sep 2014)

Wednesday 8 October 2014

Mawar di Ujung Senja

Bumi berotasi, berevolusi, begitupun hidup sebuah kupu-kupu berotasi dari ulat renta, buruk rupa, menjadi makhluk Tuhan paling diteladani keteguhannya. Siluet jingga menebarkan senyumnya untukku, “Selamat malam” gumamku tersenyum pula menanggapi sapaan sang mentari yang berusaha mengatupkan matanya. Malam mulai merambat, iringi sunyi yang tenggelamkan beribu bunyi, hening, purnama penjarkan sinarnya bersama taburan bintang, cicak-cicak mulai berdecak menatap kawanan nyamuk terbang lihai menggoda. Dan aku pun tergoda, menatap hal-hal kecil seperti itu saja aku tergoda. Tiba-tiba, sebuah tangan merangkul pundakku. Sontak ku toleh, “Mak! kaget aku mak! Ono opo seh?”. Ibuku, menatapku kosong, pipinya tercoreng angus tungku masak. “Rungokno ta, Nduk!” titah ibuku, menarik tubuhku terduduk, “Ndeprok!”, begitu kata orang Jawa. “Itulah pecahan mozaik Tuhan untuk kita.” Ujar ibuku membijak. Sayup-sayup terdengar ritme nada bak orkestra ketipung dari kawanan kodok, bersatu padu bersama kawanan jangkrik yang berpadu suara. “Indah kan?” ucap ibuku sambil menyisir rambutku. Dengan jemarinya.”He’eh” sahutku sekenanya, tetap menikmati dendangan melodi alam. “Masuk nduk!” perintah ibuku, aku bergeming, ibuku melangkah masuk lewat celah pintu yang tak terbuka sempurna. “Masuk!” ucap ibuku lebih berintonasi tinggi, “Masuk nggak?! Tak jewer lho!” aku tetap bergeming, tetap menikmati orkestra alam, “Dicolong genderuwo loh!!” bentak ibuku sambil membanting pintu, “Nggak! Mak!! Aku ojo ditinggal!!.” sergahku berusaha membuka daun pintu yang dibanting ibuku dari dalam. “Emaaakk” rengekku, kian merinding saat semilir angin gunung turun dan ikut mampir di tengkukku. Dedaunan pun bergemerisik. “Hiiy.. Mak! Aku wedi!!.”
Matahari sayup-sayup mengintip di antara korden kamarku yang bolong-bolong, suara gemelontan di dapur terdengar iringi sapaan pagi, kulipat mukenaku, berjalan menuju gontai menuju dapur, “Mak” sapaku pada ibu yang bergelut dengan tungku masak, panik, serok, dan alat masak lainnya. Kulihat, ibuku hanya menatapku sekilas kemudian melanjutkan aktivitasnya lagi. “Emak, lapo?” tanyaku terheran-heran saat ibuku membalik lima panik di hadapannya, menggabungkan dua tutupnya jadi satu, membalik gentong dan memegang dua buah centong sayur. “Mak, emak gak popo ta?” tanyaku pada ibu sambil mengguncang-guncang pundaknya. “Ssstt!!” ibuku hanya memberi isyarat agar aku tetap berdiri di posisiku. “Dengarkan” ucap ibuku singkat. Ibuku mulai menyanyikan lagu Dara Manisku karya Chrisye, memainkan panci-pancinya, menabuhnya, bagai set drum dengan sang professional. “Hebat” decakku. Ibuku hanya tersenyum simpul. “Haahh.. Lega..” ucap ibuku sambil mengusap peluhnya. Fajar yang menyingsing telah meninggi hingga 45°. Sudah banyak lagu lama terlantun penuh irama dari ibu, “Emak hebat!” ucapku sambil bertepuk tangan sekenanya, tapi ibuku hanya menggeleng ringan sambil berlalu keluar rumah. Ku ikuti ibu dari belakang, mungkin saja kan ibuku menunjukkan kebolehannya lagi?. “Dinda!!” sebuah suara menggelegar menyeruakkan namaku, aku menoleh, sesosok tubuh besar kebapakan, berjalan cepat sedikit berlari menuju arahku, tapi sorot matanya… menatap ibuku!! “Dinda!” serunya lagi, ibuku diam tak menoleh pun melirik. Jilbabnya berkibar diterpa angin, begitupun jilbabku. Aku yang merasa dipanggil tapi tak dianggap hanya mampu terheran-heran. Pria itu berhenti tepat di depanku, di samping ibuku, hembusan nafasnya terdengar jelas. “Apa maumu?” ujar ibu.
Aku tak mampu mendefinisikan siapa pria itu, yang benar-benar kentara adalah nada tinggi ibu dan nada memelas pria itu. Atmosfer rumahku seakan berubah drastis, tak seperti hari-hariku biasanya, aku melangkah menuju dapur, panci-panci pasca orkestra ibu masih terbalik berjajar lima bersama gentong yang tak berdaya. “Emakku huebat ternyata..” gumamku sambil mengambil dua centong sayur yang digunakan ibuku sebagai stik drum, “Aku isok gak yo?” batinku sambil mengambil posisi, memainkan panci-panci yang tak berdaya itu sekenanya, mengikuti ketukan hati, dan aku mampu menjiwai, aku mampu hanyut dalam indahnya musis walau hanya dengan bokong panci tak berdaya. “Nduk!!” ibuku memekik, pias wajahnya menyiratkan kesedihan, berdiri di ambang pintu, kemudian jatuh terduduk. ” ojok nduk “… ojok..” pinta ibuku, airmatanya mengalir dihapus dengan kain jilbabnya. Di belakangnya, pria tadi tersenyum puas. “Aku tahu kau punya bakat itu Dinda, seperti Dinda ibumu”. “Tidak boleh! Anakku tidak boleh jadi seperti aku. Anakku tidak boleh memiliki nasib sepertiku!” tangis ibu makin membuncah. Aku beringsut menuju ibu, dan ibu lantas memelukku dengan erat. “Emak, onok opo mak?” bisikku polos, ibu menatapku lemah. “Emak nggak pengen kilangan pean nduk..” ucap ibu, “Lho, emange aku kate nang ndi mak?” ucapku lugu. Ibuku berdiri, “Nanti emak ceritani, emak mau ngomong sama om Pram” ujar ibuku sambil lalu, melirik om Pram dan memberi isyarat agar mengikuti ibu. Aku tanpa diaba-aba juga ikut mengikuti.
“Om Pram wes ngaleh” ibu memeluk pundakku, mengajakku masuk ke rumah kembali setelah sepuluh menit bercucuran peluh terpanggang sinar matahari. Terlalu banyak omong kosong dalam pesan dan kesan yang om Pram lontarkan, bahkan aku mulai muak. Untung om Pram keburu pulang. “Mak, aku diceritani.” ucapku singkat, menarik kursi dari bawah meja ruang tamu, sambil menatap lekat ibu yang berjalan kesana–kemari. “Mak.. emak..” panggilku. “Eh, sek nduk, iyo, iyo” ujar ibu, melangkah ke dapur kemudian menarik satu kursi plastik dan dihadapkannya padaku. “Ngene nduk” ibu duduk, memgatupkan matanya dan mengerutkan dahinya seakan berfikir keras, mengingat-ingat masa lalunya yang kelam, yang sempat dilupakan. “Cerita iku dimulai ketika emak seumuran sampean..” ibu mulai bercerita, matanya berkaca-kaca. “Nama panggung emak.. Dinda”
Riuh, Gelora Sepuluh November digemparkan oleh sorak-sorai penonton “Dinda!! Dinda!! Dinda!!”, Dinda-Zubaidi Wulandari- menaiki panggung dengan tegap dan mantap, walau di hati tersirat luka, Ia, naik ke atas panggung ini, tidak diketahui ibunya. Ia, naik ke atas panggung ini, diajak oleh Pram, yang dekat pun tak diketahui ibunya, dan yang paling parah, Ia naik ke panggung ini, tanpa direstui ibunya. “Okay my friends, Now is our time!!” teriak Dinda, lima panci dan satu gentong dilempar ke atas panggung, dengan lihai Dinda menangkap perkakas itu dan menatanya ke sentra panggung. Tepuk tangan membahana dari seantero gelpra, si raut muka ia tertawa, tapi di dalan hatinya, bagai dicabik rasa durhaka. “One, two, three, four!!” hentak Dinda, atraksinya dimulai, panci-panci itu ditabuh dengan begitu gemulai, Pram ikut masuk panggung sambil menenteng gitar. Ia petik gitar itu mengiringi degup musik tabuh Dinda, penonton makin bersorak-sorai, dalam–dalam Dinda memejamkan mata. Konser itu usai, menit-menit kemudian, Dinda sudah berada dalam mobil yang mengantarkannya kembali ke desa. Langit cerah, awan cirrus tinggi bagai kapas yang tercabik-cabik, bergerak halus hampir-hampir tak terlihat. Langit biru cerah, dengan indah, Pram memetik senar gitarnya, bersenandung kecil di samping Dinda. “Apa yang ku berikan untuk mama.. untuk mama.. ter..” Plakk!! tangan Dinda melayang di pipi Pram, “Jangan dendangkan lagu itu Pram!” hentak Dinda kemudian terisak, Pram mengusap pipinya yang memerah, menatap Dinda lekat-lekat, “Ma’af.”decaknya, Dinda tetap terisak. Mobil masuk ke dusun Dinda, satu belokan lagi rumah Dinda sudah di depan mata, di luar jendela mobil, tetangga Dinda yang lalu-lalang berkasak-kusuk sambil menatap lekat mobil yang melaju. “Ada apa ya?” Tanya Dinda diam-diam pada dirinya sendiri. Mobil berhenti tepat di depan halaman rumah Dinda, suasana rumah ramai penuh tetangga, lekas, Dinda turun dari mobil dan berlari, terdengar, alunan surah Yaasin menggema, “Ada apa mbok?” tanyaku pada mbok Mi, pembantu kesayangan ibu, tapi mbok Mi hanya diam, menyiratkan kekecewaan, “Neng, ndoro putri meninggal” ucapnya datar, Dinda jatuh tertunduk, airmata tak kuasa menyeruak, silih berganti menetes. Hening. Hati tak kuasa menahan, “Kenapa mbok? kenapa?” Tanya Dinda tergesa, mbok Mi memalingkan wajahnya. “Ndoro putri meninggal kepikiran njenengan, beliau terkena serangan jantung karena kaget melihat njenengan maen teng tv, urakan” jelas mbok Mi pada Dinda, Dinda tertegun, jantungnya berdegup kencang, ibunya meninggal karena dirinya, nama keluarga tercemar karena dirinya, ibunya, malu akan dirinya, tanpa ba-bi-bu, Dinda beranjak, menyeka airmatanya, sedikit berlari tinggalkan rumahnya, belum sempat menatap raut wajah ibunya untuk terakhir kalinya. Ia merasa sangat durhaka. Dinda berjalan tak tahu kemana, matanya sembab, kakinya gontai, sang surya telah menjingga. Maghrib sudah. “Ibu…” isak Dinda lagi, duduk di atas ubin rumah yang gelap gulita dalamnya. sayup-sayup terdengar tangisan wanita dan bayi dalam rumah. “Apa itu tadi?” tanyaku sendiri, angin pun tak menjawab. Tanpa ba-bi-bu aku masuk, gelap, tak ada sedikitpun cahaya masuk meremang. “Siapa itu?” ucap wanita yang entah dimana wujudnya, lirih, menyiratkan ia sangat tersiksa. “Aku disini, di pojok.. tolong.. tolong aku” ucapnya terbata, kusuri tembok rumah yang agak terkelupas, dingin, keras, tepat di bawah kakiku, sang bayi menggeliat. Merengek-rengek, “Kamu kenapa?” ucapku padanya, ku angkat bayinya, tali ari masih menyambungkan pusar sang bayi dengan sang ibu. “Aku titip bayiku, aku.. aku..” kalimatnya terputus, begitupun nafasnya, seakan ikatan batin beradu, sang bayi ikut menangis.
“Jadi aku guduk anak’e emak?” tanyaku pada ibu, hatiku ketar-ketir, betapa tragisnya cerita ibu. “Sepurane nak, baru iso cerito saik. Emak golek waktu seng tepak gak onok-onok” ucap ibuku sambil menitikan airmata, aku pun memeluknya, mendekap penuh cinta, saat ini, ibuku yang paling butuh pelipur lara. “Saiki sampean oleh melok lomba iku.” ucap ibuku, airmatanya ia seka sekenanya. “Sumpah mak?!” girangku, ibuku hanya mengangguk. “Mak, aku wedi” ucapku, di depanku berdiri ratusan orang seumuran emakku, “Iki mek titik mah..” enteng ibuku, “Tapi aku kan pertama kali mak,” belaku, “Tak rewangi nak” ucap ibuku. “Hey, guys..! Be happy together!!” hentak ibuku, penonton bersorak-sorai. “Dinda!! Dinda!! Dinda!!” “Oh, no! we are DiDi!! Dinda and Dinda!!” aku pun tak mau kalah, ibuku tersenyum, dan kami bermain bersama di atas panggun, aku tak dapat menemukan dimana om Pram berada. Aku meoleh ke arah ibu, menanyakan dimana om Pram tanpa bersuara. Ibuku hanya mengangkat bahu.
Konser berakhir, makin lama, lapangan konser itu semakin sepi, tapi om Pram belum terlihat jua. Tiba-tiba seluruh lampu padam. “Maaakk!!” aku berteriak, ibuku mendekapku erat. Aku memejamkan mata rapat-rapat. “Heh, nduk! Buka’en mripatmu!” ucap ibuku agak keras. “Ono opo mak??” ucapku penasaran, tapi mataku tetap ku tutup rapat. “Ageh talah, cepetan!” sentak ibuku. Aku membuka mata, ternyata, on Pram ada di pojok lapangan, membawa rangkaian bunga mawar dengan khidmatnya. Pakaian tuxedo putih begitu indahnya. Ia berjalan dengan lampu sorot yang mengikuti setiap langkahnya. Piano di atas panggung berdenting dengan indah. Om Pram berdiri tepat di depan aku dan ibu, kemudian ia terduduk secara khidmat bagai pangeran di negeri-negeri dongeng. “Dinda, Will you marry me?” ucap om Pram sambil menyerahkan rangkaian bunga itu pada ibu, dan ibu, menangis tersedu. Om Pram berdiri kembali kemudian memeluk ibu, “Ma’af Dinda… Aku baru bisa menemukanmu.. Ma’af.. Aku baru bisa memenuhi janjiku padamu..” ucap om Pram lirih di telingan kanan ibu. “Yo ngunu mak, aku kacang’ono.” ucapku sedikit menyindir ibuku. Sudah lima menit lebih dua orang di sampingku ini berkasih-kasih. “Hehehe.. Iyo iyo nak! Ngko sampean onok waktune dewe!” ucap ibuku sambil menjitak kepalaku. “Adoohh.. ayo moleh mak!” ucapku sambil menggoncang-goncang tubuh ibuku. Kami pun tertawa bersama.
TAMAT
Cerpen Karangan: Fanyna Farizha
Blog: Http://fanyna-fayf.blogspot.com
Facebook: Https://www.facebook.com/phuunny

Bidadari Dalam Mimpi (Part 2)

Benar-benar hari yang melelahkan pikirku. Setelah seharian aku berjuang demi proposal ku tersayang. Selepas shalat isya’ aku membaringkan tubuh ku yang sudah sangat lelah, tapi kali ini aku sudah agak santai karena manajer memberikan acc untuk proposalku, “yahh tinggal sedikit perbaikan lagi pasti beres”. Mataku pun mulai terasa berat, sekilas aku teringat kembali wajah Rita, pacar Dedi temanku, yah dia tadi sore ke kantor menjemput Dedi, entah mau kemana mereka aku juga tidak peduli, “semoga aja Dompet si Dedi bisa pulang dengan utuh dan selamat, bakal diteror habis-habisan tuh dompet nya Dedi sama si Rita, he heh”. Tapi entah kenapa tiba-tiba aku berpikir kalau wajah si Rita mirip dengan Nisa, mata mereka, hidung, bibir, postur nya, bedanya Nisa bukan cewek matre karena dia memang sudah kaya. “bagaimana ya kabar Nisa sekarang”, pikirku. Nisa adalah pacarku semasa SMA, bisa di bilang dia lah bidadari penyelamat ketika aku masih sulit lepas dari kenangan Yuni, sejak pertama kali bertemu Nisa, aku langsung jatuh hati, selain cantik dia juga sangat ramah, meski anak orang kaya Nisa jauh dari sifat tengil dan sombong, mungkin juga karena sifatnya yang asyik itu aku naksir Nisa, tapi jalan menuju hatinya si Nisa bukan jalan yang mudah dan mulus, tapi sangat terjal dan banyak rintangannya, maklum Nisa salah satu primadona di SMA ku, jadi saingan juga banyak, tapi entah kenapa aku yang beruntung terpilih jadi pacar si Nisa. Aku masih ingat ketika aku memutuskan untuk ikut bertarung memperebutkan cinta Nisa, aku sangat sadar kalau perjuangan bakal sangat berat bahkan teman-temanku kompak pesimis terhadap peluang ku. “Panggilan kepada saudara Yoyok, mohon segera turun ke bumi pleasse, tanggungan utang di warung tolong diselesaikan”, Gurau Ardi temanku. Aku juga masih ingat ketika aku memberanikan diri untuk pertama kalinya apel malam minggu ke rumah Nisa sambil membawa sekotak pisang goreng yang memang kesukaan Nisa dengan semangat 10 November aku memacu vespa milik ayah, tapi setelah sampai di rumah Nisa aku jadi heran, kenapa banyak mobil ya di rumah Nisa, “seingatku orangtuanya Nisa itu pejabat, tapi kok rumahnya seperti buka praktek pengobatan alternatif gini ya?”, “cari siapa dik”, tanya seorang laki-laki di balik pagar rumah Nisa, “wah ternyata rumah Nisa di jaga satpam, hebat”, batinku, “Eh anu pak, saya temannya Nisa, Nisa ada pak”, “ada, tapi adik kayaknya harus antri, tamunya neng Nisa kalo malam minggu banyak”, sahutnya dengan tersenyum, aku mulanya tidak paham maksud pak satpam ini tapi setelah aku masuk ke teras rumah Nisa, aku benar-benar terkejut karena di sana Nisa cewek seorang diri, dikelilingi lima sampai enam cowok, dan tongkrongan mereka keren-keren semua, jelas gak mungkin aku nekat merengsek masuk ke tengah-tengah mereka terus nyodorin kotak isi pisang goreng ke Nisa, tapi aku nekat, “Assalamualaikum Nisa”, sambil melambaikan tangan ke arah Nisa, “Yoyok, waalaikum sallam, masuk sini Yok”, Nisa agak terkejut tapi dia segera berdiri sambil tersenyum sumringah menghampiriku, “Eh Nis kamu hebat, aku baru tahu kalau kamu buka praktek pengobatan alternatif kalo malam minggu, sampe antri mobil nya”, “ha ha bisa aja kamu Yok, ayo masuk, aku kenalin, mereka temanku”, “Eh enggak Nis terima kasih, aku cuman sebentar mau nganter ini, oleh-oleh dari ibu ku”, aku menyodorkan kotak pisang goreng yang kubawa dari rumah ke pada Nisa, “oh ya mereka itu benar-benar teman-temanmu atau para pejuang cinta yang memperjuangkan cintanya hayoo?”, godaku, “bisa aja kamu Yok, oh ya terima kasih oleh-olehnya kamu tau aja kesukaanku”, “yah, aku pamit dulu yah, kasihan pasien-pasien kamu udah pada nunggu tuh, hi hi”, aku pun segera bergegas pulang, sejak saat itu aku pun mulai bersemangat berjuang demi cinta si Nisa, meski sadar bahwa banyak saingan berat tapi aku tidak akan menyerah.
Setelah Selama satu tahun lamanya berjuang mendapatkan cinta Nisa, akhirnya aku berhasil, dia resmi menjadi pacarku, wow.. aku masih ingat betul bagaimana gembira nya saat Nisa mengangguk dan berkata “Ya”, saat dia ku tembak. Selama hampir dua tahun lamanya aku dan Nisa berpacaran dan banyak kenangan, senang, sedih, lucu atau yang bikin sebel yang kami lewati bersama, Nisa juga berhasil membuatku move on dari Yuni, tapi sayang setelah aku mulai yakin dengan cinta sejati yang aku temukan, lagi-lagi aku harus berhadapan dengan pahitnya takdir, Nisa mendapatkan beasiswa dari salah satu universitas terkenal di Australia dan dia memilih untuk mengambil beasiswa tersebut, sebenarnya kami sama-sama berat untuk berpisah tapi Nisa tak kuasa untuk menolak apalagi melawan keinginan orangtuanya yang ingin anaknya mendapatakan pendidikan terbaik, dan aku juga sadar aku tidak mungkin menghalangi Nisa meraih masa depan yang lebih baik hanya demi ego ku, lagi pula aku juga sadar orang-orang seperti orangtua Nisa dengan Jabatan dan status sosial tinggi pasti memiliki idealisme tinggi juga, orang-orang seperti mereka itu kan punya idealisme, di dunia hidup kaya dan bahagia, di akhirat masuk surga. Awalnya kami merasa yakin kami masih bisa menjalani hubungan jarak jauh, tapi seiring berjalannya waktu kami akhirnya putus kontak, dan beberapa tahun kemudian aku mendengar kabar dari kawan SMA bahwa dia sudah tunangan dengan anak salah satu pejabat teman ayahnya. Malam pun semakin larut dan mulai melarutkan kesadaranku ke alam mimpi.
“maaf pak, saya terlambat ini proposalnya sudah saya perbaiki sesuai saran dari bapak”, aku tergopoh-gopoh masuk ke ruangan pak Wiwin manajer ku, “ok Yok, kamu taruh di meja situ, biar saya cek dulu, nanti kamu saya info lagi”, “kamu sakit? kok agak kacau gitu”, tanya pak wiwin, “Yah, biasa pak, kurang tidur” jawab ku sekenanya, saya permisi dulu pak”, aku pun buru-buru pamit dari ruang pak Wiwin, “ok, nanti kamu saya info lagi”. Payah, hampir saja aku mengacaukan hari ini, terlambat berangkat kerja padahal aku sudah ada janji dengan manajerku, ini karena mimpi itu lagi, mimpi yang beberapa hari ini rutin membayangi dan sulit untuk mengabaikannya begitu saja. Sebenarnya apa arti dari mimpi ini, aku terus melamun, sambil berjalan menuju tempat parkir sepeda motor, sengaja aku ijin pulang agak cepat karena aku agak kurang enak badan, tiba-tiba, “aduh, mas hati-hati kalo jalan”, “eh maaf mba, maaf”, tiba-tiba aku menabrak seorang wanita muda, aku mencoba meminta maaf sambil ikut membantu mengambil barang-barang milik wanita itu yang terjatuh, “Yoyok, kamu yoyok kan? kamu lupa ya sama aku?”, aku terbengong melihat wanita yang ada di depan ku, “Siapa ya?”, tanyaku, “masa kamu lupa sih, aku Rani, Rani Kartika’ kita kan teman satu kuliah dulu”, “ohh, Rani, anak akutansi, Masya Allah sory aku lupa, sudah lama sih kita gak ketemu”, sejenak ingatanku melayang ke masa kuliah, yah Rani adalah teman kuliah ku dulu, “kamu habis dari mana Yok, ini mau kemana?”, “oh ini aku kerja di kantor ini, sekarang aku mau pulang, maklum lagi gak enak badan”, “oh, jadi kamu kerja di sini, wah hebat dong”, “kamu mau kemana Ran?”, tanyaku, “Oh ini, aku mau nganterin Fotokopian buku, kebetulan ada orang sini yang foto copy dokumen lumayan banyak”, “kamu punya usaha foto copy Ran?”, “Nggak kok ini usaha suamiku, kebetulan dia lagi sibuk, jadi kita bagi tugas deh”, jawab Rani sambil membetulkan barang bawaannya, “Sory Yok, aku lagi buru-buru nih, soalnya lagi ditunggu orang yang pesen foto copy”, “kapan-kapan, kita ngobrol lagi ya yok”, Rani pun bergegas menuju ke dalam gedung kantor, sejenak aku tersenyum kepadanya, setelah itu aku pun juga bergegas menuju sepeda motorku.
Rani, dalam perjalanan pulang, ingatanku kini kembali ke masa kuliah. Rani adalah cewek yang dulu pernah aku taksir, dia cewek yang cantik dan supel, kami dulu kuliah di kampus yang sama, hanya beda jurusan, dia akutansi dan aku jurusan desain, aku kenal Rani karena kita sama-sama ikut kegiatan UKM musik, aku dan Rani banyak menghabiskan waktu berama, maklumlah dia adalah bendahara sedangkan aku adalah wakil ketua di UKM tersebut, karena sering bersama ini lah mulai timbul rasa sukaku pada Rina, pelan tapi pasti aku mulai menyusun langkah-langkah terprogram dan terencana untuk PDKT ke Rani, mulai dari membantu menyusun anggaran keuangan organisasi, antar jemput pulang, sok jago musik dan mengajari Rina main gitar, sampai main ke rumah Rina tanpa alasan yang jelas. Okelah banyak strategiku yang terkesan asal dan sporadis tapi bagaimanapun juga aku harus berhasil mendapatkan Rani, karena dia memang sosok aku yakini layak menggantikan Yuni dan Nisa, tapi entah kenapa Rina tampak santai-santai saja menghadapi semua strategi PDKT frontal dari ku. Sampai suatu saat akhirnya aku dengar kabar bahwa Rina sudah jadian dengan salah satu mahasiswa tekhnik yang juga ketua HIMA jurusan tekhnik, itulah alasan kenapa Rina cuek saja dengan semua perhatianku selama ini, dan impianku mendapatkan pengganti Yuni dan Nisa pun pupus.
Malam ini tidak seperti malam-malam sebelumnya karena proposal sudah selesai, tinggal tunggu approval dari pak Wiwin, kali ini aku bisa sedikit santai, selesai shalat isya aku membuka kembali laptop ku, ditemani secangkir susu hangat aku mereview kembali proposal event promo ku, tapi mataku tampaknya sudah mulai lelah dan sulit diajak kompromi, perlahan aku pun terlelap, tertidur, tapi sejenak kemudian ada suatu aroma yang menusuk lembut indra penciumanku, aroma yang sangat lembut dan wangi, aroma yang belum pernah aku cium sebelumnya di toko-toko parfum atau toko-toko aroma therapy manapun dan belum pernah ada teman sekantorku yang pernah memakainya, tapi entah kenapa aroma wangi ini sangat familiar, sejurus kemudian ada suara wanita yang berbisik di telingaku, “Assalamualaikum”, kemudian aku mendengar suara yang sangat lembut memanggil namaku, “mas Yoyok, bukalah matamu”, “mas Yoyok, tataplah wajahku”, aku pun perlahan membuka mata dan mencari titik fokus yang masih kabur, “mas, aku sudah datang”, pelan tapi pasti aku mulai bisa melihat sosok yang memanggil namaku, Subbhanallah cantik sekali, tampak seorang wanita berkulit seputih sutera dengan rambut panjang tergerai dan memakai baju terusan berwarna hijau tiba-tiba sudah berdiri di samping tempat duduk ku, “ssiapa kkkamu?”, tanyaku ragu, “aku kekasihmu, Allah memberi petunjuk bahwa engkau akan menjadi jodohku di syurga”, jawabnya dengan tatapan lembut tapi tegas, “aku adalah yang dijanjikan Allah di surat Al Waqi’ah dan Arrahman”, “a..apa maksudmu?”, “aku adalah yang dijanjikan oleh Allah untuk para syuhada yang syahid membela agamanya”, “aku adalah yang dijanjikan oleh Allah untuk hambanya yang taat dan takut kepadaNYa”, aku terbengong dan bingung dengan semua jawabannya, “aku datang atas izin Allah untuk menghibur hati mas Yoyok”, “a..apa maksud ucapan mu?”, tanya ku lagi kebingungan, “Mas yoyok tidak usah sedih, karena Allah selalu mendengar setiap kali mas Yoyok beristighfar karena gelisah dengan jodoh yang tak kunjung datang”, “ini adalah karunia dari Allah untuk setiap zikir dan shalawat yang terlantun dari hati mas Yoyok”, “karena ini adalah terakhir kalinya aku menemui mas Yoyok di dunia ini, aku ingin berpesan agar mas Yoyok rajin mendirikan shalat Lail, karena itu adalah mas kawin bagi kami, para bidadari syurga, dan jangan pernah gelisah karena seandainya ikhtiar Mas yoyok mencari jodoh di dunia ini belum berhasil, di syurga nanti akan ada kami yang akan mencintai dan melayani mas Yoyok dengan ikhlas penuh rasa cinta kasih”, “Assalamualaikum”, perlahan sosok cantik itu memudar, menghilang, meninggalkan aku yang terbengong kebingungan, tetapi bau harum lembut yang tertinggal dari sosok wanita tadi seolah menghipnotis ku dan membuat mataku berat. “Astaghfirullah hal’adzhim”, tiba-tiba aku tersadar dari tidurku, “tidak, mimpi itu lagi”, sayup-sayup aku mendengar adzan shubuh mulai berkumandang, aku pun segera bangun untuk mengambil air wudlu sambil terus bertanya dalam hati, “ya Allah, berilah hambamu petunjuk ya Allah”, “sebenarnya apa maksud dari mimpi yang akhir-akhir ini selalu hadir dalam tidur hambamu ini”, “apakah aku akan selamanya sendiri tanpa pernah mengenal cinta sejati seumur hidupku?”, “aku hanya bisa pasrah dan berharap yang terbaik dari engaku ya Allah dan aku ikhlas menjalani takdir dari mu, ya Robbal Aalamiin”.
Cerpen Karangan: Wahyudi Warsaintia
Facebook: https://www.facebook.com/wahyudi.warsaintia

Bidadari Dalam Mimpi (Part 1)

“Astagfirullah”, aku terbangun secara tiba-tiba dari tidurku, “MasyaAllah”, “mimpi ini lagi”, batinku. Sudah lebih dari satu bulan ini aku terus mendapat mimpi aneh ini, yah walaupun tidak setiap hari, tapi ini terus datang pada ku, mimpi yang sama, “apa artinya mimpi ini”.
Namaku Yoyok, aku seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta di Yogyakarta, banyak temanku yang bilang kalau akhir-akhir ini aku agak berubah, agak aneh, pokoknya lain dari seorang Yoyok yang mereka kenal sebelumnya. “kamu, ini sedang mengalami krisis kepercayaan diri Yok”, “yang kamu alami ini Disorientasi Psycology, dan itu lumrah karena kamu sedang stress karena proposal kerja itu”. kata dedi teman kerjaku dari dept keuangan. “Hallaaah, kemeruh awakmu Ded, ya kamu itu terkena disorientasi. Disorientasi jurusan kuliah”, Sahutku, “orang lulusan akutansi, tapi malah moco buku-buku psycology, Tata boga, terus iku buku kesehatan wanita, di kamar kos mu kemaren, punya siapa?”. “Lho, sek to, aku ini temanmu lho, aku care sama kamu, lha kok malah nyengit gitu, jadi lulusan sarjana itu kita harus berwawasan luas, harus diversifikasi ilmu pengetahuan,” sahutnya lagi, “ayo ngomong, ada masalah apa to?”, kata Dedi sambil merangkul pundak ku, “Halaaah gak usah ngrangkul-ngrangkul pundakku” aku menyingkirkan tangan lebay Dedi dari pundakku, “Aku ini gak sedang stress, ya memang sih proposal kerjaku ku ditolak terus sama Pak Wiwin, tapi aku, Hmm, maju teruuus, kalo perlu Pak Wiwin sing tak gawe stress, soalnya dia tak tekani terus” kataku sambil mengacungkan kepalan tangan ke muka Dedi, Jujur sebenarnya si Dedi ini teman ku yang paling akrab, kami juga satu kos, tapi kadang aku agak males jalan bareng sama dia, alasan yang pertama, ya sudah jelas, aku ini cowok ngapain jalan bareng sama cowok, yang kedua meskipun si Dedi ini normal, tapi kalau sama aku, dia suka kelewat lebay. malah ada beberapa teman yang iseng update foto-foto aku dan dedi lagi berdua di sosial media, dengan status, “selamat untuk dedi karena baru jadian dengan Yoyok”.
Malam semakin larut, dan aku merebahkan diri di ranjang kamar kos ku, setelah lelah seharian berkutat dengan laptop, maklum proposal kerjaku ini penuh dengan revisi, padahal aku sebetulnya sangat yakin sekali semua rencana kerjaku di proposal itu pasti langsung di acc pak Wiwin, manajer ku di Dept pemasaran, tapi perkiraanku salah, yang membuatku pusing adalah, kata manajerku proposal event promo salah satu produk minuman milikku itu terlalu kuno, terlalu klise, kurang kreatif atau apalah, aku sendiri bingung padahal proposal ini sudah aku buat dengan sangat detail dan dengan perencanaan yang matang, “kuno? nggak mungkin, event-event seperti ini kan sedang jadi trend anak muda sekarang”, pikirku. “Aku yakin sekali kalau event ini sukses, nama produk yang kita promosikan pasti ikut naik, kan produk ini segmennya memang anak muda”. Tapi sudah lah, saat ini mataku sudah semakin berat, besok saja dipikir lagi. Tapi jujur sebenarnya bukan masalah proposal ini yang membuatku agak resah saat ini. “Sebenarnya apa artinya yah?”, lagi-lagi rasa penasaranku terusik dengan mimpi yang akhir-akhir ini aku alami, mimpi yang sama, “apakah mungkin?”, “tapi tidak mungkin, heh, heh jangan sampai terjadi ah”, sebuah pertentangan terjadi dalam diri ku, entah kenapa terbersit sebuah rasa khawatir, atau lebih tepatnya perasaan campur aduk antara khawatir, senang dan sedikit tidak percaya. “Seandainya ini memang takdirku, tapi apa ya setragis ini?”.
Drrt, drrt, tiba-tiba telpon genggam ku bergetar, aku pun terbangun dari ranjang dan menghampiri telpon genggam ku yang tergeletak di meja, “selamat malam Yoyok, aku Ni made, sory ganggu tidur kamu, mmm, boleh utang gak?”. bunyi pesan pendek di telpon genggam ku, Ni made adalah sekertaris direktur keuangan di perusahaan ku, dia adalah karyawati primadona di kantorku, banyak yang bilang dia mirip bintang film Ineke Koesherawati, tiap kali dia lewat, waktu seolah berhenti berdetak, bumi seolah berhenti berotasi dan semua makhluk ciptaan Allah yang berkelamin cowok langsung Freezzee, beku dari otak sampai ke hati. Tapi sayang aku tidak akan mungkin pernah Ge’er walau si Ni Made ini kirim sms ratusan kali ke telpon genggamku, karena nomor Hp si oknum di balik sms ini sudah jelas, “Ded, utang yang minggu kemaren belum kamu lunasi, gak ada utang lagi, males”, aku membalas Sms yang masuk ke inbox hp ku, Drrt, drrrt, telpon genggamku bergetar lagi. “50000 aja Yok, please”, bunyi sms tersebut, “Ya wis besok”, balas ku singkat.
Aku kembali merebahkan tubuhku ke ranjang, Drrrt, drrt, sesaat kemudian telpon genggamku berbunyi lagi, tapi aku terlalu malas untuk berjalan kembali ke meja, paling juga sms si Dedi, yah dia memang sering utang duit, nggak masalah sih sebenarnya karena dia juga disiplin balikin duitnya, sebenarnya masalah si Dedi ini adalah Rita, ceweknya Dedi, nih cewek sebenarnya lumayan matre juga, kalo diajak makan dia maunya di cafe-cafe mahal plus selalu minta dibeliin pulsa, dan itu rutin tiap minggu, Untung keluarga si Dedi ini lumayan kaya, ayah dan ibunya sama-sama kerja di bank plat merah, sedang kakaknya punya usaha warnet yang cukup sukses, jadi selain dari gaji bulanan, kiriman tiap bulan juga lancar, konon kabarnya si Dedi ini ngaku ke orangtuanya kalau upahnya di bawah UMR jadi wajar orangtua dan kakaknya merasa kasihan dengan Dedi, dan akhirnya mereka tetap rutin kirim uang tiap bulan, hehh dasar si Dedi, memang tengik tu orang. Tapi tetep aja kalo buat nurutin cewek matre, uang berapapun dengan kombinasi gabungan apapun, pasti bakal ludes. Ah biarin aja si Dedi dengan masalah ke matre’an ceweknya, kan aku sudah berulang kali beri nasehat ke dia. “Yoyok, yoyok, naif sekali kamu, seolah-olah kamu lebih beruntung dari Dedi, tapi coba lihat faktanya, siapa yang jomblo menahun”, sekali lagi pikiran ku melayang layang gak jelas. “beruntung kamu Ded, biarpun Rita itu matre, tetep dia itu cewek mu, cantik lagi, lha aku”, batinku lagi.
Tiba-tiba ingatanku melayang kembali ke masa ketika aku masih duduk di bangku smp, Yuni, yeah cinta pertamaku, aku sendiri juga heran, saat itu kami berdua masih sama-sama bau kencur, Yuni adalah adik kelasku, tapi kenapa waktu itu aku bisa suka sama dia, malah terlibat hubungan cinta-cintaan segala, aneh. Aku juga masih ingat sekali ketika itu tidak ada yang lebih penting dari main video game dan sepak bola, tiap hari sepulang sekolah aku dan teman-teman smp ku, menghabiskan waktu berjam-jam di game center, sedang sepak bola, itu adalah kegiatan rutin ku di hari minggu. Pertama kali aku berkenalan dengan Yuni aku juga masih ingat sekali, saat itu kepalanya terkena bola yang aku tendang, yah saat itu di smp ku sedang ada pertandingan bola antar kelas, dan aku ikut memperkuat tim kelasku, sedang yuni adalah suporter dari team kelasnya, setelah terkena tendangan geledek ku tidak jelas dan super ngawur itu, yuni langsung pingsan, kontan saja aku ikut panik, saat itu aku langsung ikut membopong dia ke UKS sekolah. Sejak kejadian itu kami jadi dekat, dari yang sekedar sok-sokan khawatir dengan tanya-tanya kondisi, menemani dia ke perpustakaan sekolah, sampai akhirnya kita sering pulang bareng. Yuni sebenarnya tidak terlalu cantik, lagipula saat itu aku juga masih bingung dengan definisi cantik, visualisasi dari kata cantik saja saat itu juga masih kabur, tapi yang jelas bagiku Yuni saat itu adalah seorang cewek dengan kepribadian yang cukup menarik, apa lagi dia itu lucu dan ramah, dan aku juga masih ingat kami ternyata sama suka sepak bola, benar-benar sebuah kejutan, jarang banget kan cewek suka sepak bola, dan uniknya dia dan aku suka team sepak bola yang sama, dan pemain favorit kami juga sama.
Tanpa terasa selama lima bulan aku dan Yuni sudah semakin dekat, aku pun juga sudah mulai melupakan hobi ku bermain game bersama teman-temanku, latihan sepak bola setiap minggu pun aku juga mulai sering absen, karena aku lebih suka di rumah, telpon-telponan sama Yuni, malah kadang aku yang nekat ke rumah nya, padahal gak tau mau ngapain. Saat itulah aku mulai bingung, ada sensasi aneh tiap kali aku bertemu Yuni, jantung berdegup kencang, ada sedikit perasaan gugup bercampur dengan perasaan senang yang luar biasa, dan kalau tidak ketemu Yuni satu jam saja, rasanya berat banget, seperti nggak ketemu satu semester. Tapi sayang, Yuni tiba-tiba menjauh dari hidupku, dia harus ikut orangtuanya yang di pindah tugaskan ke luar pulau, tepat pada saat aku mulai menyadari perasaanku pada Yuni dan berniat untuk mengatakan langsung, aku benar-benar terpukul dan sedih sekali saat itu. “Seandainya kamu tidak pergi jauh Yun”, aku menarik nafas dalam-dalam. Malam pun semakin bertambah larut dan aku juga sudah tak kuasa lagi menahan rasa kantuk.
Keesokan harinya, aku berangkat ke kantor dengan banyak sekali pertanyaan dalam pikiranku, “Ya Allah, mimpi itu lagi, tadi malam, kenapa datang lagi?”. ini sudah yang kesekian kali nya mimpi itu datang dalam tidurku, “sebenarnya apa maksud dari mimpi itu?”. Kalau saja mimpi itu datang cuman beberapa kali saja dalam tidurku, mungkin masih bisa ku anggap sebagai bunga tidur biasa, tapi kalau aku mengalami mimpi yang sama setiap malam, selama hampir satu bulan apakah aku masih bisa menganggapnya sebagai bunga tidur. “Yok, Gimana?”, tiba-tiba Dedi menegur ku dari belakang sambil menepuk pundakku, dan sukses membuyarkan lamunanku, “Piye Yok, ada kan? urgent nih Yok”. kata Dedi sambil memelas, “ooalah iyo sek,” sahutku sambil mencoba mengingat ingat. “Apa ya Ded, sing urgent apa ya?”, jujur aku tidak begitu mengerti maksud Dedi karena aku masih memikirkan masalah mimpi itu, “lho, kamu kan kemaren janji, mau pinjemi aku uang”, sahut Dedi, aku pun tiba-tiba ingat kalau kemaren Dedi sms, ingin meminjam uang padaku, “Sory aku lupa, nih uangnya, tapi ingat kalau sudah dapat kiriman, langsung kembalikan”, sahutku sambil mengeluarkan selembar uang berwarna biru dari dompet. “Ok tenang, masalah uang kembali itu gampang, tapi kenapa to Yok kamu kok kayak orang bingung gitu?”, tanya Dedi, yang heran melihat aku agak gugup dan bingung, “kayak nya masalah mu itu berat, Yok, kamu butuh bantuan dari, seseorang”. kata Dedi sambil merangkul pundak ku, “seseorang yang sangat saayang banget sama kamu Yok”. “siapa?”, tanya ku. “Lhoo ya jelas aku tho Yok, siapa lagi yang sayang sama kamu kalau bukan aku, lha wong kamu jomblo”, “Halah wis, ngaco kamu, ingat ya, aku ini gak jomblo, tapi indie label”, “sudah aku mau cari Pak Wiwin, mau pengajuan revisi proposal kerjaku lagi”. sahut ku sambil bergegas. “Lha opo bedane Yok, jomblo karo indie label?”, “jomblo itu nasiib, kalo indie label itu idealiseme!!”, seru ku. Sebenarnya aku masih bingung mengahadapi manajerku itu. Apakah aku bisa meyakinkan dia untuk paling tidak mempertimbangkan proposal ku, jujur sebenarnya hari ini aku masih belum siap dan tidak fokus gara-gara mimpi misterius itu, tapi bagaimanapun juga aku tidak boleh menunda nunda waktu lagi, karena aku sadar ini adalah kesempatan emas, jika aku berhasil, maka karir dan masa depan cemerlang ada di depan mata, tapi jika gagal, hadehh, aku tidak tahu, apa aku akan dapat kesempatan lagi untuk handle sebuah event promo yang melibatkan produk dari perusahaan yang bonafid.
Cerpen Karangan: Wahyudi Warsaintia
Facebook: https://www.facebook.com/wahyudi.warsaintia

Khayalanku

iang itu, sinar matahari terlalu sengit untuk dilihat secara langsung hingga menembus kaca mobil. Aku (Sesil), Kirin, Didi, dan Julian yang sedang menyetir mobil, sedang menuju Dunia Fantasi yang berada di Jakarta Utara itu. Setibanya disana, Julian langsung memarkirkan mobilnya ke lapangan luas yang dipenuhi mobil-mobil pengunjung dengan beberapa pohon berdiri kukuh. Setelah dipastikan mobil kami terparkir dengan benar, kami turun dari mobil bersamaan. Kacamata hitam yang menggantung di bajuku sudah siap untuk melindungi mataku dari terik matahari yang sangat kejam. Aku ikat rambutku ke belakang, dan ku gulung rapih dengan kunciran pita berwarna hitam yang sepadan dengan celana jeans panjang yang mengenai atas mata kakiku. Didi dan Julian mempersilahkan Aku dengan Kirin untuk berjalan duluan. Aku melangkah dengan badan tegap menatap ke depan. Rambut Kirin yang panjang dibiarkan terurai hingga berterbangan tertiup angin, sepertinya Julian sedikit terganggu dengan rambut Kirin yang mengenai matanya, hingga Julian mundur beberapa langkah dari nya.
Kirin terlihat sangat cantik dengan style nya yang sangat santai. Baju tipis berwarna biru tua itu membaluti tangtop hitamnya dengan celana pendek berbahan jeans nya yang berjarak satu jengkal dari atas lututnya. Kacamata bulat berwarna hitam dipakainya untuk melindungi matanya dari terik matahari yang sangat menyilaukan pandangan. Didi, si pria Bali yang sangat santai dengan kaos abu-abunya dengan celana pendek di atas dengkul dan hiasan sepatu cokelat muda dengan talinya yang berwarna cokelat tua. Julian, si pria berkumis tipis yang wajahnya sedikit ke arab-an bergaya santai seperti Didi, tapi kali ini, Julian menggunakan topi yang dipakainya ke belakang. Dan aku, masih santai dengan rambut yang digulung ke belakang, dengan kacamata hitam dan kaus ungu serta sepatu fantovel berwarna hitam.
“Kita mau coba yang mana dulu nih?” tanyaku pada yang lainnya. “Duh sil, bianglala dulu aja yuuk.. Yang bikin kita terbang nanti aja. Kalo perlu belakangan aja pas kita mau pulang..” sambung Kirin dengan nada sedikit cemas. “Ribet kan ngajak dia. Kalo kamu ngomong gitu, mending kamu duduk manis deh di bawah pohon itu. Jangan berisik..” ucapan julian membuat Kirin tertunduk malu. “Apaan si juul” jawabnya. “Tapi emang bener juga si kata Julian. hahaha…” Didi langsung menyambung kata-kata Julian dengan wajah tanpa dosa. Kirin yang sedikit jengkel, langsung mencubit perut Didi yang terlihat tidak berisi. “Aww.. sakit kali rin” “Bodo sih yee..” sambil menjulurkan lidahnya pada Didi seperti anak kecil.
Terpaksa, kami menuruti kata-kata Kirin dengan naik bianglala tanpa ekspresi alias bosan. Turun dari bianglala, kami bertiga langsung menyerbu Kora-kora yang berada di sampingnya. Antrian Kora-kora memang panjang sehingga membuat kami harus sabar menunggu. Disaat menunggu, Kirin berusaha membatalkan niat kami bertiga. Tapi tetap saja Kirin harus ikut menaikinya. Di atas sana, awalnya Kirin terlihat santai sampai akhirnya ia berteriak dengan sangat kencang hingga tidak bersuara dan memeluk Didi dengan sangat erat. “Di.. Di.. Didiii.. Didi tolong Didiii…” matanya terpejam dan semakin erat memeluk Didi.
Selesai dari wahana itu, Kirin langsung lemas dan bibirnya pucat. Kami yang khawatir akan keadaannya, langsung beristirahat untuk memulihkan keadaan Kirin seperti semula. Aku dan Julian memesan makanan untuk kami berempat yang kebetulan waktu untuk makan siang telah tiba. Terlihat, Kirin masih sangat lemas dan melamun. Didi yang duduk di depannya, berjalan menghampirinya dan duduk di sebelah Kirin. Mengusap kepala Kirin dengan tujuan untuk menenagkannya. Didi sangat lembut jika sudah bersama Kirin.
Makanan yang telah siap, aku antarkan untuk Kirin. Kirin memakan makanannya dengan lahap, dan meminum es teh manis sampai bibir merah yang tadinya berwarna putih itu kembali. Sekitar 45 menit kami berada disana dan berlanjut ke wahana lainnya.
Tapi perjalanan kami tertunda oleh Didi dan Julian yang akan melaksanakan solat jumat. Sekitar 30 menit kami menunggu, mereka datang kembali dan mengajak Kirin ke arena BomBomKar kesukaannya. Dengan wajah ceria, Kirin langsung menyetujuinya dan berjalan di depan kami dengan penuh semangat. Tentu kami harus mengantri sampai akhirnya kami dipersilahkan untuk memilih mobil yang akan kami kendarai. Di arena itu, kami selalu bertabrakkan dengan keras layaknya mengendarai mobil sungguhan. Didi sangat bersyukur saat semangat Kirin kembali seperti semula.
Pergi dari arena BomBomKar, kami menuju halilintar yang putarannya lebih sederhana. Dalam wahana itu, aku berada di belakang Kirin, dan Didi berada di belakangku, sedangkan Julian berada di depan Kirin. Dalam wahana itu, aku tidak bisa memendam teriakkanku sampai akhirnya teriakkanku dan Kirin meledak-ledak, sedangkan Didi dan Julian tidak bisa menahan tawanya lebih lama.
Turun dari arena itu, kami langsung pergi mencoba wahana lainnya seperti rumah ajaib, rumah jahil, dan Happy Feet. Tapi, setelah kami mengantri cukup lama, terbesit pada benakku untuk mundur dari antrian “Capek kali ngantri gini doang, 50 orang. Pertunjukkannya 10 menit, ngantrinya? Ayo deh mending kita nonton show di deket hysteria tadi aja. Mulainya jam tiga, sebentar lagi..” ucapku mengalihkan pembicaraan. “Ya udah deh yuuk nonton show itu aja, daripada ini ngantri nya masih panjang tuh liat aja deh..” sambung Kirin. Akhirnya, kami melompat dari batas antrian dan menuju ke show dekat hysteria dengan berlarian. Sesampainya disana, show sudah dimulai dan kami mencari tempat duduk yang nyaman sampai show selesai.
Pandanganku teralihkan dari show pada pria tinggi berkulit sawo matang itu. Yang duduk di barisan nomor tiga dari bawah. Aku yang berada jauh di atasnya hanya bisa memandanginya dari jauh. Selesai menonton show, kami bergegas menuju wahana arum jeram. Tapi, saat di tengah-tengah perjalanan, aku mendadak ingin ke toilet. “Didi, Julian, aku mau ke kamar mandi nih… Tolong dong.. yaa” ucapku dengan wajah panik. “Ya udah di deket arum jeram juga ada toilet kok sil” sambung Julian memberi penjelasan. “Enggak ah Jul, aku mau ke toilet deket hysteria itu aja. Tolong dong ayook” gumamku memohon. “Ayok sil deket arum jeram pasti ada toilet kok..” sambung Didi meyakinkanku. “Ya udah ya udah ayok balik ke toilet tadi.” sambung Julian yang memutuskan. Karena sudah tidak bisa tertahan lagi, aku berlari menuju toilet. Dalam lariku, aku bertemu lagi dengan pria tinggi berkulit sawo matang yang menarik perhatianku saat show berlangsung. Tampaknya dia melihatku, tapi aku fokus untuk menuju toilet dengan cepat.
“Lama banget sih tadi ke toiletnya..” ucap Didi. “Maaf deh Di, tadi kan antri. Namanya juga cewek. ya kaan..” jawabku sambil mengedipkan mata pada Didi. Saat mencoba wahana arum jeram, mendadak dalam keadaan yang bergoyang-goyang, Kirin tidak bisa memakai sabuk pengamannya. “Didiii.. Didi ini gimana sabuknya kok gak bisa sii?” ucap Kirin panik. Namun saat Didi ingin membantunya, tempat duduk yang sedang kita naiki terus bergoyang, dan itu terjadi secara terus menerus. “Ah gimana si rin, masa pake sabuk aja gak bsia” sambung Didi. “Ih tapi susah Di.. bantuin dong.” nada panik Kirin mengacaukan suasana. Semuanya panik saat Kirin tidak memakai sabuknya. Kepanikkan terus melanda kami berempat yang sudah basah kuyup lantaran air mengguyur. Setelah menaiki arum jeram, kami langsung bergegas menuju ruang ganti.
“Makan bakso aja yuuk..” ucap Julian memberi ide. “Boleh, ayok ayok..” sambung yang lainnya. “Naik hysteria dulu yuk, aku penasaran dari tadi cuma bisa ngeliat orang-orang naik wahana itu.” sambungku sedikit memohon. “Udahlah, ayok makan bakso terus kita pulang. Lagipula ini juga udah sore. Ntar mama kamu nyariin sil,” lalu datang menghampiriku dan merangkul pundakku. Aku menurutinya, dan tanpa ku sangka aku bertemu lagi dengan pria tinggi berkulit sawo matang itu. Sungguh pertemuan yang tidak bisa ku duga. Saat ku perhatikan wajahnya dari kejauhan, dia mengingatkanku pada masa lalu. Membayangkan wajahnya sudah mampu menghilangkan rasa lelah yang aku rasakan sekarang. Khayalanku tentangnya sukses membuatku merasa bahagia. Namun saat makanan ku baru saja datang, rombongan pria itu berlalu dari hadapanku. Setelah selesai menikmati bakso, kami langsung pergi meninggalkan Dunia Fantasi untuk kembali ke rumah.
Cerpen Karangan: Kinaryochi W
Blog: kinaryochiwjy.blogspot.com
Instagram: Kinarych
Twitter: Kinarryochi
ask.fm/kinarryochi/
soundcloud.com/kinaryochi-wijaya/

Sumber: http://cerpenmu.com/cerpen-persahabatan/khayalanku.html
X-Steel - Unavailable